Selasa, 12 Januari 2016

My Trip To Tsinga ( Part 1 )

Haloo blogger....

Postingan kali ini, kita jalan-jalan dulu ya.

Bandara perintis, banyak sekali jumlahnya di Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan. Dan bandara perintis banyak terdapat di wilayah timur Indonesia. Bandara perintis memiliki landasan pacu hanya sekitar 500m dan hanya rerumputan atau tanah yang dikeraskan ( stabilisasi ).

Tepat tanggal 03 Maret 2011 untuk pertama kalinya saya mendatangi bandara perintis ini, dan ini merupakan trip yang kesekian kalinya bagi saya menjelajahi indahnya bumi cendrawasih. Sebenarnya ini bukan jalan-jalan biasa, tetapi inilah pekerjaan saya. Dulu saya bekerja di salah satu penerbangan swasta Indonesia, dimana penerbangan kami banyak melayani rute-rute perintis di seluruh Indonesia.

Bertolak dari bandara international Mozes Kilangin di Timika Papua, tetap pukul 08.00 WIT, saya ikut penerbangan ini menuju bandara Mulu di DesaTsinga. Kab. Mimika. Bandara ini dibangun hasil kerjasama antara pemerintahan Kab. Mimika dan PT. Freeport Indonesia dan diresmikan oleh Bupati Mimika pada saat itu.


Pesawat yang saya tumpangi berjenis Pilatus Porter yang hanya berisi 8 orang saja, 6 orang penumpang + 1 Pilot + saya. Saya duduk di depan bersama Capt. George O'Brien.


Perjalan dari bandara Mozes Kilangin menuju bandara perintis Mulu hanya memakan waktu 15 - 20 menit saja, tergantung cuaca. Bandara Mulu hanya bisa di terbangi sampai jam 09.30 WIT saja, karena cuaca akan berubah di atas jam tersebut. Penerbangan perintis ke pedalaman Papua sangat mengandalkan keadaan cuaca, dan pilot yang berpengalaman.

Bandara Mulu , desa Tsinga adalah bandara paling eksotik yang pernah saya datangi. Saya merasa takjub karena letak geografisnya yang tidak biasa dan pemandangannya yang sangat mempesona. Dari bandara ini kita bisa langsung melihat puncak Jayawijaya yang terkenal dengan saljunya.

Sepanjang perjalanan saya menuju bandara ini, saja disuguhi pemandangan yang luar biasa. Awan putih yang mengambang dihadapan kami,bukit-bukit batu di sisi kanan dan kiri kami, sinar mentari pagi yang menemani perjalan kami. Kulihat mama-mama di kursi penumpang juga menikmati sekali perjalan ini. Mama adalah pangilan untuk para ibu-ibu di Papua. 





Kalau anda bisa lihat titik putih di pojok kanan photo ini, itulah salju di puncak Jayawijaya

Sungguh tidak ada bosan-bosannya menikmati keindahan Papua yang masih sangat terjaga ke asriannya. Hutan-hutan hijau masih terhampar jelas, seperti karpet hijau yang terbentang luas. Aku berharap ke indahan ini bisa terus terjaga. 

Hampir sampai di tujuan kami, sepanjang perjalanan aku terus berdialog dengan Capt. George melalui headset yang aku pakai. Sejurus kemudian dia berkata " kita akan sampai" aku sedikit kaget, karena yang aku lihat hanya barisan gunung batu. Dia membelokkan pesawatnya ke arah kanan, kejauhan tampak garis putih di puncak gunung. Tak tampak ada yang aneh disana, tidak ada pemukiman karena daerah itu memang puncak dari barisan gunung batu.

Semakin mendekat, garis putih itu terlihat semakin jelas, ya itu lah bandara Mulu, desa Tsinga. Kab. Mimika. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa. Bandara ini letaknya tidak biasa, dan memang hanya bisa di terbangi oleh pilot-pilot berpengalaman. Jantungku berdetak sedikit cepat, tidak seperti biasa karena melihat bandara ini, aku sempatkan berdoa semoga perjalanan kami aman sampai kembali nanti.

Kulirik Capt. George, ia tampak sibuk dengan tombol-tombol yang tidak ku mengerti. Tiba-tiba pesawt miring kekanan, lalu kekiri, kulihat di monitor, dia sedang berusaha mendapatkan garis lurus untuk mendaratkan pesawat ini dengan baik. 




Inilah bandara Mulu, Desa Tsinga Kab. Mimika. Di bangun di puncak gunung dengan ketinggian 6500ft, panjang 585meter dan lebar 25meter dengan konstruksi krikil dan batuan keras.

Hampir sampai, sedikit goncangan aku rasakan. Dan akhirnya roda pesawat menyentuh landasan. 

Bersambung...........














  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar